Rabu, 11 November 2009

AMALAN BANYAK REZEKI

Posted in AMALAN BANYAK REZEKI

Sholat sunnah 7 rakaat sekaligus. Lanjutkan dengan mengambil segenggam tanah di depan rumah dan baca doa ini dengan hati dan batin yang penuh kesungguhan mengharapkan uluran tangan-Nya.

“Duh Gusti, kulo nyuwun rezeki ingkang manfaat kagem keluarga kulo lan kaliyan sesami”

Selesai berdoa, lanjutkan dengan menyebarkan tanah tersebut ke depan pagar/pintu rumah. Insya Allah, doa panjenengan semua akan diijabahi Allah SWT. Ingat, jangan lupa beramal sebanyak-banyaknya juga.


AJARAN MISTIS DALAM SULUK PESISIRAN

Posted in SULUK PESISIRAN

sulukAsal kata “suluk” yaitu kata Arab “salaka thoriq” yang berarti menempuh jalan (tasawuf) atau tarikat. Ilmunya sering disebut ilmu suluk . Namun di Jawa, “suluk” diartikan sebuah ajaran mistik yang diungkapkan dalam bentuk tembang/lagu sedangkan bila diungkapkan dalam bentuk prosa, umumnya dinamakan wirid.

Suluk Pesisiran adalah sebuah buku terjemahan suluk-suluk klasik Jawa yang ditulis dalam bentuk puisi oleh Emha Ainun Nadjib. Kumpulan suluk itu merupakan terjemahan naskah suluk cirebonan berkode LOr 7375. Lor singkatan dari Codese Leidse Orientalis, yakni istilah bagi kumpulan naskah yang berasal dari belahan dunia timur yang masih tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.

Naskah asli Suluk Cirebonan ditulis dalam hurup arab pegon dan huruf Jawa dengan pengarang “anonim”. Naskah suluk cirebonan itu adalah sedikit naskah Islam klasik yang berhasil “dibawa” pulang ke negeri kita setelah sekian lama “tercuri” di Universitas Leiden, Belanda.

Menurut seorang peneliti Islam Klasik Mufti Ali, PhD., hanya 7 % dari 2 juta naskah Islam klasik dalam bahasa Arab maupun Persia yang terdapat di Timur Tengah, Turki, India, dan di beberapa negara yang sudah diedit dan dipublikasikan. 93 % sisanya masih menumpuk di rak-rak penyimpanan naskah.

Naskah islam Klasik itu telah menjadi komoditas yang punya nilai jual tinggi untuk diperjualbelikan. Puluhan juta Euro uang ditransfer dari beberapa perpustakaan di beberapa negeri Teluk, seperti Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab yang kaya minyak, ke beberapa Toko Buku Antik yang menjual naskah-naskah Islam klasik di Belanda.

Berbagai naskah Arab Islam klasik yang unik dan sangat tua, berpindah tangan dari satu kolektor kepada kolektor lain. Karena concern terhadap naskah yang sedemikian tinggi tersebut maka wajar sejumlah perpustakaan dan Museum di Eropa memiliki koleksi naskah yang sangat kaya. Perpustakaan Universitas Leiden saja memiliki lebih dari 50 ribu koleksi naskah Islam klasik yang diakuisisi dalam jangka waktu lebih dari 400 tahun.

Perpustakaan Nasional Jerman di Berlin menyimpan lebih dari 80 ribu naskah Islam klasik. Puluhan ribu naskah Islam klasik lainnya disimpan di beberapa perpustakaan di Prancis, Rusia, Spanyol, Italia, dll. Karena ‘kekayaan’ ini, ribuan peneliti (sejarah) Islam datang dari berbagai negara ke Eropa untuk membaca dan meneliti serta memiliki reproduksi naskah.

Demikian sedikit uraian mengeni naskah Islam Klasik yang menjadi pembuka artikel ini. Berikut beberapa Suluk dalam buku “Suluk Pesisiran” yang mengajarkan ajaran-ajaran mistis yang bernilai sangat tinggi. Termasuk apa dan bagaimana sesungguhnya makrifat itu.

SULUK SELOBRANGTI

Selobrangti terbangun karena kaget

Oleh burung yang bergembira ria

Tegak tubuhnya, memesona pandangan matanya

Seperti telah begitu terlatih hidupnya

Burung itu seolah menegurnya

Menegur birahinya

Kepada Allah yang Agung

Sehingga seperti pendeta raja yang berkelana

Dan tatkala sampai di hutan ia kekang nafsunya

Nyi Selobrangti turun perlahan-lahan

Akan mengambil air sembahyang

Shalat ashar hendak ditegakkan

Nyi Centini mengikuti

Telah diambilnya air pamujan

Mengikutinya bersembahyang

Siap memuja, sajadah dihamparkan

Berdiri dengan bersidekap tangan

Tawajjuh, yang lain disingkirkan

Yang lain tak diperhatikan

Hati terpusat kesatu tujuan

Sempurna berdirinya

Menghadap kiblat

Tatakrama sempurna

Kepada amar dihadapkan hatinya

Menyadari puji-puja

Semoga sembahnya diterima

Tepat sudah niatnya Dipusatkan maksud dan tujuannya

Bersamaan dengan takbirnya

Hanya huruf 8 yang tampak olehnya

Pikiran berhenti pada Nama

Dan Allah yang perkasa

Dekat dengan yang disembah

Sembahnya telah mi’raj tanpa terlihat

Tanpa tertabiri oleh keinginan menyembah

Seucapan rindu nantinya

Akan sebanyak puji yang terbilang-bilang

Itu sebagi sembahnya

Sembah hamba

Tujuan yang sebenarnya

Menyebut diri

Pada dirinya sendiri

Itulah sembah yang menikmatkan

Seperti angin bertiup sepoi

Dalam menyembah dan memuji

Itulah yang disebut tubadil

Adapun maknanya

Ialah sembah berhenti,diganti

Karena tertimpa oleh kasih

Sembah hamba menjadi hilang

Seperti awan dan matahari

Ibaratnya

Ia sama dengan matahari

Namun dalam tidurnya

Awan tak menjadi matahari

Demikianlah sembah utama

Setelah Selobrangti mengucapkan

Bacaan takbir

Mukanyapun dihadapkan

Kepada Mahabesar Tuhan

Yang membuat langit dan bumi

Kemudian sesudahnya

Fatihah wajib dibaca

Ialah yang dimulai dengan menyebut nama

Yang kasih di dunia, kasih kepada mukmin

Kelak di akhirat

Al hamdu segala puji

Dipanjatkan kepada Tuhan

Allah semesta alam

Yang kasih kepada orang mukmin

Yang memberi surga

Ialah Raja

Raja di hari kiamat

Yang disembah dan dimintai tolong

Yang Mahaagung dan senantiasa Santun

Tunjukkan jalan kebenaran

Tuntun ke tempat yang terang

Seperti jalanan

Hamba yang patuh

Orang saleh dan para wali

Dan para Nabi

Jangan Seperti

Langkah orang yang kau benci

Orang yang sesat dan kau murkai

Hendaklah paduka Allah terima ini

Bacaan Fatihah mudah dilakukan

Selobrangti lantas membaca ayat-ayat

Itu sunnat

Kemudian ia be ruku’,wajib

Kemudian Selobrangti duduk

Menenangkan badan

Sambil memenuhi

Menyerah pada perintah Tuhan

Ikhlas dan diberi ampunan

Dan akhirnya ia angkat kepala

Selobrangti tegak dan mengangkat kepala

Hendaklah Allah mendengar

Hatur hamba

Sujud tanpa henti

Pasrah raga untuk mengenali dunia

Yang tujuh macamnya

Dan sungguh-sungguh merendahkan

Anggota badan yang utama

Direndahkan seperti air turun ke dunia

Memasuki samudera

Mengangkat kepala,kemudian duduk

Tenang duduknya

Ikhlas segala tingkah lakunya

Percaya kepada Tuhan

Yang adil dan penuh ampunan

Kemudian sujud yang kedua

Kemudian berdiri,rakaat yang pertama

Lengkap,menuju rakaat kedua

Dengan sunnat dimulainya

Ketahuilah perbuatan sunnah af’al

Yakni tahiyyat awal

Bahwa perbuatan sunnat

Tiga macamnya

Kalau terlupa, sujud sahwi gantinya

Hal ini termuat dalam surat

Hendaklah diketahui denga cermat

Bahwa duduk tahiyyat dan shalawat

Itu yang disebut af’al sejati

Sehingga lengkaplah tiga perkara tadi

Dengan nama-Nya engkau memulai

Rakaat yang semula

Dua rakaat banyaknya

Adapun shalat ashar

Empat rakaat maka jadilah

Empat rakaat, kemudian

Tahiyyat wajib

Rukun enam wajib yaitu

Duduk di antara tahiyyat dan tertib

Salam disertai niat

Selobrangti mengakhiri shalat

Salam memungkasinya

Salam itu wajib kedudukannya.

Adapun bangun pada malamnya

Sunnah,dan sesudah salam akhir

Yakni seusai sembahyang

Memuji dengan lirih

Membaca tasbih,berdo’a

Pengucapan perlahan-lahan

Namun hati penuh gelombang

Itulah sembah utama

Nabi terpilih berkata

Ketahuilah jangan memuji dengan suara

Yang keras bunyinya

Demikianlah tuntunan Rasul duta

Jangan engkau keras-keras memuja

Sedang Allah

Telah mendengarnya

Tuhan mendengar hati bersuara

Bukan lahiriah, Ia mendengar dan mengetahui

Tak pilih kasih, tak jatuh hati

Nyi Centini juga melakukan takbir

Namun hatinya tertutup oleh panca indera

Tampak segala gerak-geriknya

Diikuti oleh hatinya

Niat diulang-ulang

Sedang dalam niat

Dalam ucapan

Mesti bersama dengan takbir

Ihramnya jauh mendahului hatinya

Ia baru shalat ditengah-tengahnya

Sebagian orang melakukan shalat

Tak mengerti sempurnanya sembah

Tak tahu liku-likunya

Salah ucapannya

Sunnah wajib tak dibedakannya

Tak mau bertanya

Batin orang bodoh adanya

Menghadap ke masalah dunia

Tak tahu ditolak sembahnya

Terhalang puja-pujinya

Adapun bagaimana mengelola birahi

Selobrangti menyirnakan keinginan

Yang peluang tumbuhnya tak diberi

Hutan belantara dimasuki

Centini si pembantu mengikuti

Dari belakang selalu mengikuti

Menghilangkan rasa cinta dunia

Mematikan badan sebelum mati

Kepada Allah percaya sekali

Dengan menatap batu di tepian jurang

Nyi Selobrangti bertapa

Di dalam gua istirahatnya

Malam tak tidur

Siang tak makan

Keras berusaha

Memerangi nafsunya

Lupa akan badan dan jiwa

Menjadi lesu raganya

Seperti mayat disiksa

Dengan sungguh-sungguh memusatkan pandang

Pucuk hidung yang kelihatan

Napasnya ditahan

Tak mengetahui keluar masuknya

Tak terasa lagi zikirnya

Tak berhenti pujinya

Hening pikirannya

Empat alam dikuasai

Segala arah menyatu

Itu yang namanya laku

Yang pertama alam nasut

Yakni alam manusia

Syariat tata kramanya

Kedua alam malakut

Yang tinggal hanya satu keinginan yang tak bergeming

Tak menoleh kepada yang lain-lain

Yang ketiga alam jabarut

Itu alamnya ruh utama

Tak lepas dari puja

Yang keempat alam lahut namanya

Orang mati bersemayam padanya

Sudah tak ada tatakrama

Yang dibicarakanpun tak ada

Jiwa, badan, sembah dan puja

Hilang,tatakrama

Tak ada yang dibincangkan

Yang di dalamnya tak dua

Melainkan yang berkuasa juga yang ada

Lesu raganya,gairah tak ada

Seperti mayat bentuk dan warnanya

Tinggal denyut jantung saja

Nyi Centini memandangnya

Hingga amat sedih hatinya

Tuannya mati raga

Tak ada lagi geraknya

Tinggal denyut jantungnya saja

Maka ia sembahlah tuannya

Sambil menangis amat kerasnya

Terbangun Nyi Selobrangti

Mendengar tangis Centini

Terjaga dari tapa

Tersadar karena mendengar suara

Tangis yang terus menerus mendera

Segera ia beri pertolongan

Centini yang hilang kesadaran

Tangannya menjulur menggapai pembantunya

Dan berkata

Pelan dan berbisik kata-katanya

Halus lembut meluncur dari mulutnya

Demikianlah betapa lesu letih ia

Maka halus tuturnya

Jangan menangis wahai Centini

Tak ada gunanya dilakukan

Tak ada gunanya dibicarakan

Inilah memang tujuan sejak permulaan

Nyi Centini memohon kepada tuannya

Agar bersedia pulang ke rumah saja

SULUK PAESAN WAJIB

Maskumambang

1

Cermin wajib dalam melangkah bersama

Dengan kedewasaanmu

Hendaknya pikirkanlah Ia

Yang dipertuhan dan Mahamulia

2

Dipertuhan dengan kata hati

Mempercayai

Tuhan qadim hakiki

Yang wajib ditaati

3

Ditaati dengan hati yang jernih

Penglihatan yang sempurna

Arah tak mendua

Memusat kepada allah yang Maha Kuasa

SULUK GEDHONG

Menyembah untuk melihat

Dengan cara memandang yang khas

Menyembah seperti berkaca dalam cermin

Berjuang menemukan rupa yang hakiki

Karena yang diperlihatkan oleh kaca

Tidaklah sejati

Ketika engkau menyembah memuji

Tajamkan penglihatan

Kepada yang menggerakan sembahyang

Yakni Allah sejati

Kau sembah Ia dengan pasti

Tidak setengah hati

Menatap ini dan menatap itu

Sampai pula segala sesuatu

Tak ada yang kosong olehNya

Ia meliputi dan memenuhi apa saja

Bahkan ZatNya tampak

Bagi setiap mata yang waspada

Lainnya tiada, kecuali yang terlihat

Apabila sudah arif makrifat

Namun jika rabun oleh segala rupa

Yang tampak itu hakiki disangkanya

Lantaran tak tahu ajaran yang benar

Bingung yang terlihat dan terdengar

Tak bingung kalau tahu yang sejati

Bagi yang ingin melihatnya

Sirnakan segala rupa

Yakni dinding yang menutupi batin mata

Kalau sudah tercapai ia

Itulah makrifat namanya

Menempuh jalan, mencari

WajahNya yang kelihatan

Demikian engkau tahu menemukan Tuhan

Demikian engkau menempuh jalan

Yang sejak sediakala disediakan

Kalau dipandang tiada. Ia tiada

Maka jangan ragukan tempatNya

Kalau dipandang tiada, Ia tiada selamanya

Dari awal hingga akhir

Tak ada yang mengerti

Karena itulah dicari

Kalau dipandang ada, Ia ada, anakku

Hendaklah engkau waspada menatapNya

Lantaran tak ada lagi selain Ia

Tinggal bagai sepi

Satu wujud Abadi

SULUK SYEH MADEKUR

….

Orang yang tiba di gelombang Cinta

Gagap hendak menjelaskannya

Kalau merasa sebagai hamba

Wujud menjadi dua

Kalau merasa sebagai Tuhan

Ia tersekutukan

SULUK GEDHONG

Mijil

1

Sesungguhnya tidaklah ada yang tahu

Bahwa umpamanya Ia bersemayam di gedung itu

Tapi diketahuiNya ia yang tahu

Serta bagaimana segala mahluk berperilaku

Sungguh sebelum terjadi

Ia telah mengerti

2

Ketahuilah Sebelum segalanya terjadi

Ketika jagad kosong tanpa isi

Bahkan sebelum awang-uwung itu sendiri

Yang ada hanya Tuhan Sang Maha Widi

Hanya Ia pula yang mengetahui

Zat Mahaluhur dan Suci

3

Maka dibikinNya semua mahkluk ini

Agar ada yang mengenali

Diciptakannya jagat semesta

Dengan hanya satu sabda

Segalanya mengada seketika :

“Kun”

4

Sempurna tak ada kekurangan

Karena Tuhan yang menciptakan

Ia berkuasa karena DiriNya sendiri

Tanpa kesalahan sama sekali

Demikianlah tatkala semua terjadi

Bertahap menjadi dan menjadi

5

Maka bersabdalah Ia

Kenapa segenap alam yang dijadikanNya nyata

“Sungguh tak Kujadikan Jin dan manusia

Kecuali untuk satu:

Menyembah kepadaKu”

6

Menyembah untuk melihat

Dengan cara memandang yang khas

Menyembah seperti berkaca dalam cermin

Berjuang menemukan rupa yang hakiki

Karena yang diperlihatkan oleh kaca

Tidaklah sejati

9

Ketika engkau menyembah memuji

Tajamkan penglihatan

Kepada yang menggerakan sembahyang

Yakni Allah sejati

Kau sembah Ia dengan pasti

Tidak setengah hati

10

Menatap ini dan menatap itu

Sampai pula segala sesuatu

Tak ada yang kosong olehNya

Ia meliputi dan memenuhi apa saja

Bahkan ZatNya tampak

Bagi setiap mata yang waspada

11

Lainnya tiada, kecuali yang terlihat

Apabila sudah arif makrifat

Namun jika rabun oleh segala rupa

Yang tampak itu hakiki disangkanya

Lantaran tak tahu ajaran yang benar

Bingung yang terlihat dan terdengar

12

Tak bingung kalau tahu yang sejati

Bagi yang ingin melihatnya

Sirnakan segala rupa

Yakni dinding yang menutupi batin mata

Kalau sudah tercapai ia

Itulah makrifat namanya

13

Menempuh jalan, mencari

WajahNya yang kelihatan

Demikian engkau tahu menemukan Tuhan

Demikian engkau menempuh jalan

Yang sejak sediakala disediakan

14

Kalau dipandang tiada. Ia tiada

Maka jangan ragukan tempatNya

Kalau dipandang tiada, Ia tiada selamanya

Dari awal hingga akhir

Tak ada yang mengerti

Karena itulah dicari

15

Kalau dipandang ada, Ia ada, anakku

Hendaklah engkau waspada menatapNya

Lantaran tak ada lagi selain Ia

Tinggal bagai sepi

Satu wujud Abadi


AJARAN KEPEMIMPINAN PANCASETYA

Posted in AJARAN KEPEMIMPINAN PANCASETYA

Tidak hanya presiden, para menteri, pejabat eselon maupun bos atau manajer perusahaan saja yang disebut pemimpin. Setiap individu hakikatnya adalah pemimpin. Maka, dia perlu memegang ajaran kepemimpinan ini.

Ajaran kepemimpinan Jawa itu terdiri dari lima hal yang merupakan nilai-nilai yang paling prinsip. Kelima ajaran itu adalah:

1. SETYA BUDAYA
2. SETYA WACANA
3. SETYA SEMAYA
4. SETYA LAKSANA
5. SETYA MITRA

SETYA BUDAYA: Seorang pemimpin harus menghargai adat istiadat dan budaya masyarakat setempat. Dia harus mau untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial setempat. Pemimpin harus mengetahui hakikat budaya. Budaya adalah sebuah proses manusia untuk hidup yang lebih bijaksana, adil, selamat dan sejahtera. Proses itu tidak mengenal titik henti, sehingga pemimpin yang baik harus terus beradaptasi dan berasimilasi dengan budaya dimana dia memimpin.

SETYA WACANA: Seorang pemimpin harus mampu memegang teguh ucapannya. Bersatunya kata atau ucapan dan perbuatan nyata harus selaras. Tidak munafik dan membohongi masyarakat. Dia harus pandai berdiplomasi dan mengerti perkembangan situasi sosial, politik, ilmu pengetahuan dan wacana-wacana lain sehingga dia mampu memimpin dengan cerdas.

SETYA SEMAYA: Seorang pemimpin harus bisa melaksanakan janjinya semasa belum jadi pemimpin/kampanye. Janji adalah hutang yang harus dibayar setelah dia menjadi pemimpin. Janji memang diperlukan agar masyarakat berpikir optimis dan punya harapan untuk hidup yang lebih baik, namun janji harus dilaksanakan.

SETYA LAKSANA: Seorang pemimpin harus bertanggungjawab terhadap tugas yang diembannya. Tugas adalah kewajiban, bukan hak. Sehingga menunaikan kewajiban merupakan prinsip seorang pemimpin. Pemimpin harus bertanggungjawab kepada masyarakat, namun juga kepada Tuhan. Tanggungjawab iu tidak hanya di dunia, namun juga di akhirat maka tanggungjawabnya akan dipertanyakan. Tugas apapun yang diembankan oleh masyarakat harus dilaksanakan dengan ikhlas.

SETYA MITRA: Seorang pemimpin harus mampu membangun jaringan persahabatan dan perkawanan. Dia harus memiliki watak setia kawan yang setinggi-tingginya. Tidak boleh berkhianat kepada kawan. Tidak boleh culas dan egois. Seorang pemimpin perlu membangun sebuah kehidupan sosial yang kondusif dan membawa kemanfaatan bersama-sama. Kemanfaatan tidak boleh hanya bisa dirasakan oleh kelompok/kaumnya melainkan harus bisa dirasakan oleh semua golongan.


PENGOBATAN ALTERNATIF ALA SUNAN KALIJAGA

Posted in DOA SUNAN KALIJAGA

Pengobatan menggunakan kekuatan batin sudah demikian banyak dikenal di nusantara ini sejak lama. Berbagai teknik dan metode sudah dikenal di era kerajaan-kerajaan Sriwijaya, Maapahit, Mataram.

Era sekarang, kita mengenal juga banyak pengobatan alternatif modern, ditambah menggunakan ramuan herbal dan lain-lain. Ini jelas merupakan kekayaan budaya spiritual yang harus dilestarikan dan dikembangkan. Teknik dan metodenya yang beragam membantu masyarakat untuk memilih pengobatan alternatif yang sesuai dengan keinginannya.

Salah satu metode pengobatan kuno dengan pengerahan daya batin adalah sebagaimana yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga. Yaitu menyampaikan doa pada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan keyakinan penuh bahwa doanya akan diijabahi oleh-Nya dengan diiringi sikap pasrah total dan ikhlas.

Doa yang diajarkan Sunan Kalijaga itu berbahasa Jawa. Doa yang disampaikan dengan bahasa Jawa, akan lebih meresap ke dalam hati sanubari masyarakat sehingga diharapkan sang pendoanya memahami makna dan tujuan doa tersebut.

Sebelum doa disampaikan, maka didahului oleh amalan PUASA MUTIH selama tiga atau tujuh hari. Puasa mutih yaitu puasa seperti biasa kita melaksanakan puasa Ramadhan. Namun pada saat berbuka, kita hanya memakan nasi dan air putih saja.

Tujuan puasa mutih ini adalah agar tubuh, pikiran, rasa pangrasa kita semakin manunggal untuk menggerakkan daya batin sehingga mampu untuk menggerakkan cinta kasih-Nya dan memberi ijabah pada doa yang akan disampaikan.

Setelah puasa mutih tiga atau tujuh hari dilaksanakan maka pemohon membaca doa sebagaimana berikut ini:

Ana kidung rumeksa ing wengi

Teguh hayu luputa ing lara

Luputa bilahi kabeh

Jim setan datan purun

Paneluh tan ana wani

Wiwah panggawe ala

Gunanung wong luput

Geni atemahan tirta

Maling adoh tan ana ngarah ing mami

Guna duduk pan sirna

Sakehing lara pan samya bali

Sakeh ngama pan sami miruda

Welas asih pandulune

Sakehing braja luput

Kadi kapuk tibaning wesi

Sakehing wisa tawa

Sato galak tutut

Kayu aeng lemah sangar

Songing landhak guwaning

Wong lemah miring

Myang pakiponing merak

Pangupakaning warak sakalir

Nadyan arca myang seraga asat

Temahan rahayu kabeh

Apan sarira ayu

Ingideran kang widadari

Rineksa malaekat

Lan sagung pra rasul

Pinayungan ing Hyang Suksma

Ati Adam utekku

Baginda Esis Pangucapku

ya Musa Napasku

Nabi Isa linuwih

Nabi Yakub pamiyarsaningwang

Dawud suwaraku mangke

Nabi Ibrahim nyawaku

Nabi Sleman kasekten mami

Nabi Yusup rupeng wang

Edris ing rambutku

Baginda Ngali kuliting wang

Abubakar getih daging

Ngumar singgih

Balung baginda Ngusman

Sumsumingsun Patimah linuwih

Siti Aminah bayuning angga

Ayup ing ususku mangke

Nabi Nuh ing jejantung

Nabi Yunus ing otot mami

Netraku ya Muhammad

Pamuluku Rasul Pinayungan Adam Kawa

Sampun pepak sakathahe para nabi

Dadya sarira tunggal

Inilah pengobatan alternatif untuk segala penyakit menggunakan teknik berpuasa dilanjutkan dengan berdoa. Pengobatan ala Sunan Kalijaga ini tidak bertentangan dengan akidah Tauhid bahkan bila diresapi dengan penghayatan yang mendalam, akan menambah iman kita pada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Kita yakin penyembuh semua penyakit adalah Dia sehingga kita sampaikan doa setulus-tulusnya padaNya agar mengijabahi permohonan kita


MENJADI GUSTI ALLAH

Posted in MENJADI GUSTI ALLAH

Menuju derajat “takwa” yang hakiki perlu perjuangan yang berat. Nglakoni tahap demi tahap dengan sabar, awas, eling dan waspada agar “ngelmu” kita semakin sempurna.

Adalah sebuah keharusan bila kita ingin peningkatan kualitas spiritual kita, maka kita dianjurkan untuk mengarahkan orientasi dari “luar” menuju ke “dalam”, kemudian mengarah lagi ke “luar” dan terakhir ke “dalam” lagi. Berikut keempat tahap itu:

I.

Sebagaimana perjalanan para nabi dalam sejarah, Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad SAW dan seterusnya…atau nabi Budha. Lahir, anak-anak dan beranjak remaja dia mengamati lingkungan sekitarnya. Tarafnya adalah olah indera dan raga, latihan kepekaan dan penajaman indera mata, telinga, perabaan kulit, menyerap dan menghembuskan nafas dan mulut untuk merasakan sesuatu. Berbagai pengalaman luar dirasakan oleh indera. Mata melihat bagaimana perjalanan kehidupan manusia: Lahir, remaja, dewasa, sakit, tua, mati…. Ini adalah tahap pemusatan ke luar… ke benda-benda / obyek-obyek khusus SAMANTA BHAVANA.

II.

Tahap selanjutnya, mengarahkan pemusatan perhatian atau orientasi hidup ke “dalam”. Mulailah kita merenungkan hubungan sebab akibat, kenapa ada orang hidup..kenapa ada orang mati.. kenapa manusia dihidupkan, apa hakikat hidup… Apa penyebab semua yang hidup? Bila ada Sang Pencipta, kenapa dia menciptakan kita? …. Konsentrasi diarahkan ke pergerakan akal yang diliputi oleh batin/rasa pangrasa. Akal menemukan hakikat, rasa melanjutkan dengan penghayatan. Tuhan ditemukan melalui logika, dilanjutkan dengan mengakui dan mengimani keberadaannya. Terjadi evolusi pada setiap fase.

Ruhani manusia terus bermetamorfosis; dari orientasi jasad fisik, kemudian beralih konsentrasi ke batin. Dia mengolah batinnya, kejadian demi kejadian yang dialami dalam pengalaman nyata berhasil diambil kesimpulan bahwa SEMUA YANG ADA INI ADA HIKMAHNYA. Hikmah apa? Hikmah untuk memaknai perjalanan hidup ini dengan benar, lurus dan terbukanya pintu kebenaran. Shiratal mustaqim yakni jalan yang lurus. Jalan apa? Jalan kehendak, akal, nafsu menuju iradat Gusti. Jalan yang mengarah lurus itulah yang benar. Tanda-tanda orang yang sudah mencapai tahap benar ini adalah terbuka terhadap semua pandangan yang berbeda. Mampu meresapi semua keyakinan yang dianggap benar oleh setiap orang, dan kemudian mampu mengambil sari kebenaran tersebut. Dia telah mendapatkan PANDANGAN TERANG… VIPASSANA BHAVANA.

Inilah tahap IQRA sang Muhammad SAW, atau saat nabi Budha mendapatkan Pencerahan di bawah Pohon Bodhi. Mereka ditemui Ruhul Quddus, Malaikat Jibril. Gerak batin kita padu, serasi dan selaras dengan gerak batin-Nya. Mampu membaca keinginan Tuhan dalam hidupnya setiap hari. Batin kita tidak hanya mengingat-Nya dalam setiap tarikan/hembusan nafas dan detak nadi. Namun juga batin kita berkomunikasi intensif berbicara, berbincang-bincang, berdiskusi dengan batin-Nya. Seperti orang berkasih-kasihan. Keduanya saling menakar, mempertimbangkan dan menilai masing-masing.

III.

Tahap selanjutnya perjalanan spiritual yang lebih tinggi lagi adalah meditasi ke semua titik. Mengarahkan konsentrasi indera, batin dalam perbuatan nyata. Tapa ngrame. Beramal sosial. Menyempurnakan penciptaan Tuhan. Memayu hayuning bawono untuk Memayu Hayuningrat. Pada tahap ini, semua sudah terang benderang di depan semua inderanya, di dalam batinnya. Ibadah sosial ini dilakukan tanpa pamrih apa-apa, kecuali netepi titahing Gusti. Apa saja titah gusti pada kawolo/hamba akan dilaksanakan tanpa malas. Bila tidak dilaksanakan, dia akan terkena hukuman. Pengajaran Tuhan disampaikan secara langsung tanpa utusan gaib lagi. Ini tahap saat Nabi berjuang untuk memberi kabar Tuhan, berdakwah terang-terangan ke segenap sedulur papat/semua arah penjuru bumi. Menyebarkan kasih sayang-Nya. Tuhan mewartakan apa saja, sang hamba berkewajiban melanjutkan sabda-Nya.

Dia sudah berderajat para nabi dengan pencapaian ruhani yang sangat tinggi. Namun dia sadar tetap manusia biasa yang masih punya jasad. Kesadaran bahwa kita tetap manusia harus dimiliki. Syariat agama tidak boleh ditinggalkan. Semua nabi telah mencapai derajat ketiga ini. Dia sudah ada di langit ketujuh, langit diri pribadi tertinggi…

IV.

Tahap selanjutnya meditasi adalah mengarahkan diri ke “dalam” lagi. Manusia sudah tinggal aku sejati/ruhnya saja. Ngracut, mencair dan menguap bersama Gusti. Ia sudah mukso. Menjadi cahaya bersama-Nya. Hidupnya abadi. Tidak mengenal kematian. Kematian sudah bisa ditentukan kapan dan dimana. Manusia bisa melihat apa yang akan terjadi. Rentangan kejadian yang ada di alam semesta dilihatnya dengan diam. Semua gerakan batin yang menggelora ada di kekuasaannya. Sang diri pribadi mampu membaca buku “agenda” yang dibuat bersama antara ruh kawulo dengan Gustinya lagi.

Bila selama ini dia hanya bisa meraba-raba, sekarang dia sudah dengan sangat gamblang membaca agenda tersebut. Komunikasi dengan Gusti sudah tidak ada. Kenapa? Bukankah komunikasi butuh dua kehendak yang berbeda? Sementara di tahap akhir ini, dua kehendak itu sudah menjadi satu kehendak saja. Pada tahap ini, Kawulo sudah manunggal/jumbuh dengan Gustinya. Manunggal apanya? Semuanya. Ya iradatnya, ya sifat-sifat-Nya, ya asma-Nya, ya af’Alnya/perbuatannya.

Dia adalah Sumber dari Segala Sumber Cahaya Kebenaran itu sendiri. Apapun yang diinginkannya, adalah Kun Fayakun. Dia mengalami suwung… fana…..dalam kesatuan-Nya…. inilah hakikat takwa: yaitu “benar-benar” menjadi Gusti Allah… Ini hanya dicapai oleh pribadi yang telah tersinari oleh Nur Muhammad, diri pribadi yang memancarkan nilai-nilai terpuji. Sudah tidak ada langit lagi yang harus didaki, bahkan langit dan bumi sudah manunggal dalam satu titik lagi.


WUJUD ALLAH MENURUT SEMBILAN WALI

Posted in WUJUD ALLAH MENURUT PARA WALI

Makrifatullah sebagai pengenalan tertinggi kawulo/hamba pada gusti telah dialami oleh para wali penyebar agama Islam di Nusantara. Mereka adalah suri tauladan pencapaian pendakian spiritual bagi kita, pencari jalan Ilahi. Apa dan bagaimana makrifat dari para wali dan bagaimana wujud Tuhan yang sebenarnya?

Makrifat adalah sebuah situasi mental dan kondisi kejiwaan yang dialami oleh siapapun yang menginginkan adanya perjumpaan dengan Tuhan Semesta Alam. Salah satu momen makrifat yang paling fenomenal dalam sejarah para nabi adalah apa yang dialami Nabi Musa As saat ekstase/ fana/jatuh tersungkur di bukit Sinai saat “menatap” wajah-Nya setelah gunung yang ada di depannya hancur karena tidak sanggup ditempati pancaran cahaya-Nya.

Makrifat bisa diraih dengan perjuangan dan laku yang berat.Dalam khasanah tasawuf, kita akan diajari bagaimana laku yang berat tersebut harus dijalankan untuk menyingkirkan dan menerobos hijab menuju langit. Hijab adalah tirai selubung penutup batin kita sehingga kita tidak mampu menggapai wujud-Nya.

Hijab di dalam perbendaharaan kaum sufi bisa dikategorikan menjadi sepuluh besar. Hijab ini berasal dari empat unsur, yaitu unsur jiwa, dunia, hawa nafsu, dan setan:

Hijab ta’thil, yaitu meniadakan asma’ dan sifat Allah.

Hijab berupa kemusyrikan, yaitu manembah kepada selain Allah.

Hijab bid’ah qauliyah yang tidak ada pijakannya dalam agama).

Hijab bid’ah ‘amaliah atau perbuatan yang menyimpang dari kebenaran iman dan ikhsan

Hijab batiniyah: takabur, ujub, riya, hasad, bangga diri, sombong dan iri dengki dan lain-lain.

Hijab lahiriyah: Perbuatan Ibadah yang tidak diniatkan untuk berjumpa dengan-Nya.

Hijab dosa kecil. Melakukan perbuatan dosa-dosa kecil namun banyak.

Hijab mubah. Melakukan perbuatan mubah namun tidak dianggap sebagai sebuah dosa.

Hijab lalai dari misi penciptaan dan iradat Allah.

Hijab penempuh jalan spiritual yang bersusah-payah, tetapi namun tidak sampai tujuan.

“Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-bena tehijab dari (melihat) Rabb mereka. Kemudian, sesungguhnya mereka benar-benar masuk neraka”
(Al-Muthaffifin: 15-16)

Setelah semua hijab terbuka dan seseorang pejalan spiritual sudah sampai ke langit ketujuh di dalam diri sejatinya, maka seseorang akan kebingungan dan berada di alam “suwung”/ ora ono opo-opo. Semua pendamping kini telah meninggalkannya termasuk diri, malaikat dan para rasul. Dia kemudian dibimbing oleh Tuhan sendiri untuk berjumpa dengan Dzat-Nya.

Apa yang terjadi sesudah kita bermakrifatullah? Tidak ada kata yang mampu menjelaskan situasi dan kondisi fana tersebut. Namun, kita bisa mendapatkan penjelasan dari para wali saat mengalami fana tersebut. Bagaimana wujud Allah SWT?

Sunan Kalijaga: “Allah itu adalah seumpama memainkan wayang.”

Syekh Majagung: “Allah itu bukan disana atau disitu, tetapi ini.”

Syekh Maghribi: “Allah itu meliputi segala sesuatu.”

Syekh Bentong: “Allah itu itu bukan disana sini, ya inilah.”

Sunan Bonang: , “Allah itu tidak berwarna, tidak berupa, tidak berarah, tidak bertempat, tidak berbahasa, tidak bersuara, wajib adanya, mustahil tidak adanya.”

Sunan Kudus: “Jangan suka terlanjur bahasa menurut pendapat hamba adapun Allah itu tidak bersekutu dengan sesama.”

Sunan Giri berpendapat, “Allah itu adalah jauhnya tanpa batas, dekatnya tanpa rabaan.”

Syekh Siti Jenar: “Allah itu adalah keadaanku. Sesungguhnya aku inilah haq Allah pun tiada wujud dua, nanti Allah sekarang Allah, tetap dzahir batin Allah”

Sunan Gunung Jati: “Allah itu adalah yang berwujud haq”

***


MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA

Posted in MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA

Jeng Sunan Kalijaga ngling
Amdehar ing pangawikan
Den waspada ing mangkene
Sampun nganggo kumalamat
Den awas ing pangeran
Kadya paran awasipun
Pangeran pan ora rupa

Nora arah nora warni
Tan ana ing wujudira
Tanpa mangsa tanpa enggon
Sajatine nora nana
Lamun ora anaa
Dadi jagadipun suwung
Nora nana wujudira


(Sunan Kalijaga berkata, memaparkan pengetahuannya.
Hendaknya waspada pada yang berikut ini.
Janganlah ragu-ragu. Lihatlah Tuhan secara jelas.
Tapi, bagaimana melihat-Nya.
Karena Tuhan itu tidak memiliki rupa.

Tuhan tidak berarah dan tidak berwarna.
Tidak ada wujud-Nya. Tidak terikat oleh waktu dan tempat.
Sebenarnya Ada-Nya itu tiada.
Seandainya Dia tidak ada,
maka alam raya ini kosong dan tidak ada wujudnya.)

–Serat Siti Jenar, Tan Khoen Swie Kediri 1922

Pendakian spiritual itu mulai dari mana? Mulai dari syariat dulu, kemudian menuju tarikat, hakikat dan akhirnya sampai pada makrifat? Atau Makrifat (mengenal Tuhan) dulu, kemudian penghayatan hakikat, kemudian menjalankan tarikat dan melaksanakan syariat? Menurut saya, pendakian spiritual bisa dari mana-mana. Kita tidak perlu kebingungan terhadap mana yang harus terlebih dulu kita jalani. Semuanya boleh sebagai titik pijak untuk memulai perjalanan.
Ada banyak teman yang memulai perjalanan spiritual dengan “tidak percaya” terhadap adanya Tuhan. Lalu belajar tentang ilmu ketuhanan, dan setelah kedewasaan intelektualnya mengalami kemapanan dan kemudian dia yakin adanya Tuhan dan kemudian menjalankan syariat. Yang demikian ini hebat.

Ada yang memulai dengan menjalankan syariat agama. Sebab dari kecil dia berada di dalam lingkungan yang taat beragama. Oleh orang tuanya, dia dididik untuk menjalankan syariat agama secara leterluks. Kemudian seiring perjalanan usianya, dia mulai mencari tahu dengan banyak belajar tentang agama, yang telah dijalaninya selama ini. Himngga kemudian pengetahuan dan perenungannya sampai pada hakikat. Kemudian dia menjalani laku suluk/tasawuf dan akhirnya mendapatkan pencerahan Makrifat. Yang demikian ini luar biasa.

Ada pula yang tidak mulai apa-apa. Ya tidak menjalankan syariat agama, ya tidak berusaha mencari tahu tentang Tuhan. Dia skeptis dan agnostik terhadap berbagai wacara agama serta kerokhanian. Dia seakan puas dengan apa yang ada pada dirinya. Otaknya tidak digunakan untuk berpikir tentang Tuhan. Namun, di tengah hidupnya dia dipaksa untuk menerima banyak hal yang tidak mauk akal hingga suatu ketika kesadarannya mengalami “BYAR”. Tiba-tiba dia sadar apa yang telah dijalaninya selama ini. Dia pun menemukan Tuhan di dalam hidupnya. Sukur alhamdulillah.

Suatu saat dalam hidupnya, Tuhan pasti akan datang membawa cahaya-Nya yang suci. Dia akan menerangi diri pribadi kita sehingga yang sebelumnya hanya mampu melihat fakta-fakta dengan inderanya, maka setelah pencerahan Tuhan itu datang maka dia mampu untuk melihat hubungan antar fakta dan akhirnya menemukan kesimpulan bahwa hanya ada satu Tuhan yang wajib disembah oleh manusia.

Tuhan itu bukan benda-benda. Tuhan ya Tuhan. Adanya berbeda dengan apa yang pernah diketahui oleh manusia. Yang pernah diketahui oleh manusia berasal dari pengalaman inderanya. Nah, wujud Tuhan ini tidak ada di dalam gudang memori manusia. Sehingga mengatakan Tuhan seperti A, B, C pasti jelas bukan Tuhan. Tuhan sebagaimana yang dibayangkan oleh manusia, tentu berbeda dengan Tuhan sebagaimana wujud-Nya yang asli. Anggapan tentang Tuhan beda dengan Tuhan yang sebenarnya. Sama seperti anggapan saya tentang mobil Mercy, tidak sama dengan mobil Mercy yang sebenarnya. Sebab saya buta tentang mobil, apalagi tidak pernah memiliki mercy sebelumnya sehingga penggambaran saya tentang Mercy berbeda dengan Mercy yang sebenarnya.

Dikatakan oleh Sunan Kalijaga, sebenarnya wujud Tuhan sangat jelas… sangat sangat jelas! Nah, kejelasan ini pasti tidak dimaknai sebagaimana kejelasan benda-benda. Benda bisa dilihat oleh indera. Namun wujud Tuhan? Disinilah kita akan semakin beranjak arif bahwa Tuhan yang tidak bisa digambarkan oleh kata-kata manusia itu harusnya tidak dilihat dengan indera. Namun oleh “sesuatu” yang adanya jauh berada di dalam diri manusia. Yaitu batin yang intuitif yang disebut dengan guru sejati. Guru sejatilah yang mampu mengantarkan kita untuk melihat dengan jelas diri pribadi. (sukma sejati) Diri sejati adalah tempat bersemayam Tuhan dalam diri manusia. Di situlah Tuhan duduk di atas arasy.

Sukma sejati atau Diri Sejati berasal dari Cahaya Yang Terpuji yaitu dari NUR MUHAMMAD. Nur Muhammad hanya ada SATU. Dan NUR MUHAMMAD inlah yang selalu mendapatkan PANCARAN ILAHI. Semua yang ada ini pada mulanya satu, termasuk manusia. Asal cahaya itu satu. Pancarannya ke segenap arah inilah yang menyebabkan terjadinya “aku” yang jumlahnya banyak. Meski sekarang kita melihat YANG BANYAK namun itu semua adalah perwujudan dari satu CAHAYA.

Melatih kepekaan batin yang intuitif oleh karenanya sangat penting. Berbagai macam cara dilakukan oleh peradaban manusia untuk menemukan Tuhan di dalam diri manusia. Misalnya dengan berkhalwat, atau mengadakan perjalanan spiritual ke tempat-tempat yang sepi untuk kemudian berdzikir hingga dia merasakan kefanaan.

Dalam kesendiriannya, sang pejalan spiritual akan menemui banyak ilusi/bayangan yang mempesona batin. Namun dia tidak boleh menggap bayangan itulah kenyataan Tuhan. Perjalanan diteruskan hingga pendakian memasuki godaan besar. Dia ditawari berbagai macam kemuliaan dunia. Egonya yang masih melekat pada harta, benda, tahta dan wanita ditantang agar dituruti namun dengan imbalan dia harus menghentikan perjalanannya. Ini tahap berbahaya menuju final.

Bila perjalanan diteruskan lagi, dia akan sampai pada kesendirian dan kesenyapan, Tiba-tiba semua yang nggandoli egonya terlepas begitu saja. Dia tidak butuh apa-apa lagi. Di tahap ini, semua pendamping perjalanan yang selama ini menemaninya satu persatu otomatis terlepas. Pengiring batin terlepas, Malaikat lepas karena tidak sanggup menemani lagi, semua saudara gaib melepaskan dirinya. Ya, dia polos seorang diri menuju Tuhan. Dia kini sudah dituntun oleh Tuhan sendiri untuk melihat Sang Penuntun, yaitu AKU. Ya, manusia sudah bisa melihat AKU SEJATI-NYA tanpa was-was tanpa samar-samar lagi. AKU SEJATI itu begitu terang benderang.

Inilah saat mind/pikiran/budi/rasa sudah tidak lagi digunakan. Atau disebut dengan NO MIND. Dia sampai tahap SUWUNG atau FANA. Kata tidak lagi mampu untuk membahasakan apa fana itu. Sebab kata sangatlah terbatas untuk menggambarkan sesuatu. Apalagi ini menunjuk pada kata yang bukan kata benda, bukan kata sifat, bukan kata keterangan, bukan kata kerja, bukan apa-apa…. ya paling gampang kita sebut saja SUWUNG alias MBUH ORA WERUH. Sebab kita tidak membutuhkan berbagai alat indera dan batin lagi. Kita hanya pasrah, sumeleh, sumarah saja pada Iradat GUSTI. **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar