AMALAN BANYAK REZEKI
Posted in AMALAN BANYAK REZEKISholat sunnah 7 rakaat sekaligus. Lanjutkan dengan mengambil segenggam tanah di depan rumah dan baca doa ini dengan hati dan batin yang penuh kesungguhan mengharapkan uluran tangan-Nya.
“Duh Gusti, kulo nyuwun rezeki ingkang manfaat kagem keluarga kulo lan kaliyan sesami”
Selesai berdoa, lanjutkan dengan menyebarkan tanah tersebut ke depan pagar/pintu rumah. Insya Allah, doa panjenengan semua akan diijabahi Allah SWT. Ingat, jangan lupa beramal sebanyak-banyaknya juga.
AJARAN MISTIS DALAM SULUK PESISIRAN
Posted in SULUK PESISIRANAsal kata “suluk” yaitu kata Arab “salaka thoriq” yang berarti menempuh jalan (tasawuf) atau tarikat. Ilmunya sering disebut ilmu suluk . Namun di Jawa, “suluk” diartikan sebuah ajaran mistik yang diungkapkan dalam bentuk tembang/lagu sedangkan bila diungkapkan dalam bentuk prosa, umumnya dinamakan wirid.
Suluk Pesisiran adalah sebuah buku terjemahan suluk-suluk klasik Jawa yang ditulis dalam bentuk puisi oleh Emha Ainun Nadjib. Kumpulan suluk itu merupakan terjemahan naskah suluk cirebonan berkode LOr 7375. Lor singkatan dari Codese Leidse Orientalis, yakni istilah bagi kumpulan naskah yang berasal dari belahan dunia timur yang masih tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda.
Naskah asli Suluk Cirebonan ditulis dalam hurup arab pegon dan huruf Jawa dengan pengarang “anonim”. Naskah suluk cirebonan itu adalah sedikit naskah Islam klasik yang berhasil “dibawa” pulang ke negeri kita setelah sekian lama “tercuri” di Universitas Leiden, Belanda.
Menurut seorang peneliti Islam Klasik Mufti Ali, PhD., hanya 7 % dari 2 juta naskah Islam klasik dalam bahasa Arab maupun Persia yang terdapat di Timur Tengah, Turki, India, dan di beberapa negara yang sudah diedit dan dipublikasikan. 93 % sisanya masih menumpuk di rak-rak penyimpanan naskah.
Naskah islam Klasik itu telah menjadi komoditas yang punya nilai jual tinggi untuk diperjualbelikan. Puluhan juta Euro uang ditransfer dari beberapa perpustakaan di beberapa negeri Teluk, seperti Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab yang kaya minyak, ke beberapa Toko Buku Antik yang menjual naskah-naskah Islam klasik di Belanda.
Berbagai naskah Arab Islam klasik yang unik dan sangat tua, berpindah tangan dari satu kolektor kepada kolektor lain. Karena concern terhadap naskah yang sedemikian tinggi tersebut maka wajar sejumlah perpustakaan dan Museum di Eropa memiliki koleksi naskah yang sangat kaya. Perpustakaan Universitas Leiden saja memiliki lebih dari 50 ribu koleksi naskah Islam klasik yang diakuisisi dalam jangka waktu lebih dari 400 tahun.
Perpustakaan Nasional Jerman di Berlin menyimpan lebih dari 80 ribu naskah Islam klasik. Puluhan ribu naskah Islam klasik lainnya disimpan di beberapa perpustakaan di Prancis, Rusia, Spanyol, Italia, dll. Karena ‘kekayaan’ ini, ribuan peneliti (sejarah) Islam datang dari berbagai negara ke Eropa untuk membaca dan meneliti serta memiliki reproduksi naskah.
Demikian sedikit uraian mengeni naskah Islam Klasik yang menjadi pembuka artikel ini. Berikut beberapa Suluk dalam buku “Suluk Pesisiran” yang mengajarkan ajaran-ajaran mistis yang bernilai sangat tinggi. Termasuk apa dan bagaimana sesungguhnya makrifat itu.
SULUK SELOBRANGTI
Selobrangti terbangun karena kaget
Oleh burung yang bergembira ria
Tegak tubuhnya, memesona pandangan matanya
Seperti telah begitu terlatih hidupnya
Burung itu seolah menegurnya
Menegur birahinya
Kepada Allah yang Agung
Sehingga seperti pendeta raja yang berkelana
Dan tatkala sampai di hutan ia kekang nafsunya
Nyi Selobrangti turun perlahan-lahan
Akan mengambil air sembahyang
Shalat ashar hendak ditegakkan
Nyi Centini mengikuti
Telah diambilnya air pamujan
Mengikutinya bersembahyang
Siap memuja, sajadah dihamparkan
Berdiri dengan bersidekap tangan
Tawajjuh, yang lain disingkirkan
Yang lain tak diperhatikan
Hati terpusat kesatu tujuan
Sempurna berdirinya
Menghadap kiblat
Tatakrama sempurna
Kepada amar dihadapkan hatinya
Menyadari puji-puja
Semoga sembahnya diterima
Tepat sudah niatnya Dipusatkan maksud dan tujuannya
Bersamaan dengan takbirnya
Hanya huruf 8 yang tampak olehnya
Pikiran berhenti pada Nama
Dan Allah yang perkasa
Dekat dengan yang disembah
Sembahnya telah mi’raj tanpa terlihat
Tanpa tertabiri oleh keinginan menyembah
Seucapan rindu nantinya
Akan sebanyak puji yang terbilang-bilang
Itu sebagi sembahnya
Sembah hamba
Tujuan yang sebenarnya
Menyebut diri
Pada dirinya sendiri
Itulah sembah yang menikmatkan
Seperti angin bertiup sepoi
Dalam menyembah dan memuji
Itulah yang disebut tubadil
Adapun maknanya
Ialah sembah berhenti,diganti
Karena tertimpa oleh kasih
Sembah hamba menjadi hilang
Seperti awan dan matahari
Ibaratnya
Ia sama dengan matahari
Namun dalam tidurnya
Awan tak menjadi matahari
Demikianlah sembah utama
Setelah Selobrangti mengucapkan
Bacaan takbir
Mukanyapun dihadapkan
Kepada Mahabesar Tuhan
Yang membuat langit dan bumi
Kemudian sesudahnya
Fatihah wajib dibaca
Ialah yang dimulai dengan menyebut nama
Yang kasih di dunia, kasih kepada mukmin
Kelak di akhirat
Al hamdu segala puji
Dipanjatkan kepada Tuhan
Allah semesta alam
Yang kasih kepada orang mukmin
Yang memberi surga
Ialah Raja
Raja di hari kiamat
Yang disembah dan dimintai tolong
Yang Mahaagung dan senantiasa Santun
Tunjukkan jalan kebenaran
Tuntun ke tempat yang terang
Seperti jalanan
Hamba yang patuh
Orang saleh dan para wali
Dan para Nabi
Jangan Seperti
Langkah orang yang kau benci
Orang yang sesat dan kau murkai
Hendaklah paduka Allah terima ini
Bacaan Fatihah mudah dilakukan
Selobrangti lantas membaca ayat-ayat
Itu sunnat
Kemudian ia be ruku’,wajib
Kemudian Selobrangti duduk
Menenangkan badan
Sambil memenuhi
Menyerah pada perintah Tuhan
Ikhlas dan diberi ampunan
Dan akhirnya ia angkat kepala
Selobrangti tegak dan mengangkat kepala
Hendaklah Allah mendengar
Hatur hamba
Sujud tanpa henti
Pasrah raga untuk mengenali dunia
Yang tujuh macamnya
Dan sungguh-sungguh merendahkan
Anggota badan yang utama
Direndahkan seperti air turun ke dunia
Memasuki samudera
Mengangkat kepala,kemudian duduk
Tenang duduknya
Ikhlas segala tingkah lakunya
Percaya kepada Tuhan
Yang adil dan penuh ampunan
Kemudian sujud yang kedua
Kemudian berdiri,rakaat yang pertama
Lengkap,menuju rakaat kedua
Dengan sunnat dimulainya
Ketahuilah perbuatan sunnah af’al
Yakni tahiyyat awal
Bahwa perbuatan sunnat
Tiga macamnya
Kalau terlupa, sujud sahwi gantinya
Hal ini termuat dalam surat
Hendaklah diketahui denga cermat
Bahwa duduk tahiyyat dan shalawat
Itu yang disebut af’al sejati
Sehingga lengkaplah tiga perkara tadi
Dengan nama-Nya engkau memulai
Rakaat yang semula
Dua rakaat banyaknya
Adapun shalat ashar
Empat rakaat maka jadilah
Empat rakaat, kemudian
Tahiyyat wajib
Rukun enam wajib yaitu
Duduk di antara tahiyyat dan tertib
Salam disertai niat
Selobrangti mengakhiri shalat
Salam memungkasinya
Salam itu wajib kedudukannya.
Adapun bangun pada malamnya
Sunnah,dan sesudah salam akhir
Yakni seusai sembahyang
Memuji dengan lirih
Membaca tasbih,berdo’a
Pengucapan perlahan-lahan
Namun hati penuh gelombang
Itulah sembah utama
Nabi terpilih berkata
Ketahuilah jangan memuji dengan suara
Yang keras bunyinya
Demikianlah tuntunan Rasul duta
Jangan engkau keras-keras memuja
Sedang Allah
Telah mendengarnya
Tuhan mendengar hati bersuara
Bukan lahiriah, Ia mendengar dan mengetahui
Tak pilih kasih, tak jatuh hati
Nyi Centini juga melakukan takbir
Namun hatinya tertutup oleh panca indera
Tampak segala gerak-geriknya
Diikuti oleh hatinya
Niat diulang-ulang
Sedang dalam niat
Dalam ucapan
Mesti bersama dengan takbir
Ihramnya jauh mendahului hatinya
Ia baru shalat ditengah-tengahnya
Sebagian orang melakukan shalat
Tak mengerti sempurnanya sembah
Tak tahu liku-likunya
Salah ucapannya
Sunnah wajib tak dibedakannya
Tak mau bertanya
Batin orang bodoh adanya
Menghadap ke masalah dunia
Tak tahu ditolak sembahnya
Terhalang puja-pujinya
Adapun bagaimana mengelola birahi
Selobrangti menyirnakan keinginan
Yang peluang tumbuhnya tak diberi
Hutan belantara dimasuki
Centini si pembantu mengikuti
Dari belakang selalu mengikuti
Menghilangkan rasa cinta dunia
Mematikan badan sebelum mati
Kepada Allah percaya sekali
Dengan menatap batu di tepian jurang
Nyi Selobrangti bertapa
Di dalam gua istirahatnya
Malam tak tidur
Siang tak makan
Keras berusaha
Memerangi nafsunya
Lupa akan badan dan jiwa
Menjadi lesu raganya
Seperti mayat disiksa
Dengan sungguh-sungguh memusatkan pandang
Pucuk hidung yang kelihatan
Napasnya ditahan
Tak mengetahui keluar masuknya
Tak terasa lagi zikirnya
Tak berhenti pujinya
Hening pikirannya
Empat alam dikuasai
Segala arah menyatu
Itu yang namanya laku
Yang pertama alam nasut
Yakni alam manusia
Syariat tata kramanya
Kedua alam malakut
Yang tinggal hanya satu keinginan yang tak bergeming
Tak menoleh kepada yang lain-lain
Yang ketiga alam jabarut
Itu alamnya ruh utama
Tak lepas dari puja
Yang keempat alam lahut namanya
Orang mati bersemayam padanya
Sudah tak ada tatakrama
Yang dibicarakanpun tak ada
Jiwa, badan, sembah dan puja
Hilang,tatakrama
Tak ada yang dibincangkan
Yang di dalamnya tak dua
Melainkan yang berkuasa juga yang ada
Lesu raganya,gairah tak ada
Seperti mayat bentuk dan warnanya
Tinggal denyut jantung saja
Nyi Centini memandangnya
Hingga amat sedih hatinya
Tuannya mati raga
Tak ada lagi geraknya
Tinggal denyut jantungnya saja
Maka ia sembahlah tuannya
Sambil menangis amat kerasnya
Terbangun Nyi Selobrangti
Mendengar tangis Centini
Terjaga dari tapa
Tersadar karena mendengar suara
Tangis yang terus menerus mendera
Segera ia beri pertolongan
Centini yang hilang kesadaran
Tangannya menjulur menggapai pembantunya
Dan berkata
Pelan dan berbisik kata-katanya
Halus lembut meluncur dari mulutnya
Demikianlah betapa lesu letih ia
Maka halus tuturnya
Jangan menangis wahai Centini
Tak ada gunanya dilakukan
Tak ada gunanya dibicarakan
Inilah memang tujuan sejak permulaan
Nyi Centini memohon kepada tuannya
Agar bersedia pulang ke rumah saja
SULUK PAESAN WAJIB
Maskumambang
1
Cermin wajib dalam melangkah bersama
Dengan kedewasaanmu
Hendaknya pikirkanlah Ia
Yang dipertuhan dan Mahamulia
2
Dipertuhan dengan kata hati
Mempercayai
Tuhan qadim hakiki
Yang wajib ditaati
3
Ditaati dengan hati yang jernih
Penglihatan yang sempurna
Arah tak mendua
Memusat kepada allah yang Maha Kuasa
SULUK GEDHONG
Menyembah untuk melihat
Dengan cara memandang yang khas
Menyembah seperti berkaca dalam cermin
Berjuang menemukan rupa yang hakiki
Karena yang diperlihatkan oleh kaca
Tidaklah sejati
Ketika engkau menyembah memuji
Tajamkan penglihatan
Kepada yang menggerakan sembahyang
Yakni Allah sejati
Kau sembah Ia dengan pasti
Tidak setengah hati
Menatap ini dan menatap itu
Sampai pula segala sesuatu
Tak ada yang kosong olehNya
Ia meliputi dan memenuhi apa saja
Bahkan ZatNya tampak
Bagi setiap mata yang waspada
Lainnya tiada, kecuali yang terlihat
Apabila sudah arif makrifat
Namun jika rabun oleh segala rupa
Yang tampak itu hakiki disangkanya
Lantaran tak tahu ajaran yang benar
Bingung yang terlihat dan terdengar
Tak bingung kalau tahu yang sejati
Bagi yang ingin melihatnya
Sirnakan segala rupa
Yakni dinding yang menutupi batin mata
Kalau sudah tercapai ia
Itulah makrifat namanya
Menempuh jalan, mencari
WajahNya yang kelihatan
Demikian engkau tahu menemukan Tuhan
Demikian engkau menempuh jalan
Yang sejak sediakala disediakan
Kalau dipandang tiada. Ia tiada
Maka jangan ragukan tempatNya
Kalau dipandang tiada, Ia tiada selamanya
Dari awal hingga akhir
Tak ada yang mengerti
Karena itulah dicari
Kalau dipandang ada, Ia ada, anakku
Hendaklah engkau waspada menatapNya
Lantaran tak ada lagi selain Ia
Tinggal bagai sepi
Satu wujud Abadi
SULUK SYEH MADEKUR
….
Orang yang tiba di gelombang Cinta
Gagap hendak menjelaskannya
Kalau merasa sebagai hamba
Wujud menjadi dua
Kalau merasa sebagai Tuhan
Ia tersekutukan
…
SULUK GEDHONG
Mijil
1
Sesungguhnya tidaklah ada yang tahu
Bahwa umpamanya Ia bersemayam di gedung itu
Tapi diketahuiNya ia yang tahu
Serta bagaimana segala mahluk berperilaku
Sungguh sebelum terjadi
Ia telah mengerti
2
Ketahuilah Sebelum segalanya terjadi
Ketika jagad kosong tanpa isi
Bahkan sebelum awang-uwung itu sendiri
Yang ada hanya Tuhan Sang Maha Widi
Hanya Ia pula yang mengetahui
Zat Mahaluhur dan Suci
3
Maka dibikinNya semua mahkluk ini
Agar ada yang mengenali
Diciptakannya jagat semesta
Dengan hanya satu sabda
Segalanya mengada seketika :
“Kun”
4
Sempurna tak ada kekurangan
Karena Tuhan yang menciptakan
Ia berkuasa karena DiriNya sendiri
Tanpa kesalahan sama sekali
Demikianlah tatkala semua terjadi
Bertahap menjadi dan menjadi
5
Maka bersabdalah Ia
Kenapa segenap alam yang dijadikanNya nyata
“Sungguh tak Kujadikan Jin dan manusia
Kecuali untuk satu:
Menyembah kepadaKu”
6
Menyembah untuk melihat
Dengan cara memandang yang khas
Menyembah seperti berkaca dalam cermin
Berjuang menemukan rupa yang hakiki
Karena yang diperlihatkan oleh kaca
Tidaklah sejati
9
Ketika engkau menyembah memuji
Tajamkan penglihatan
Kepada yang menggerakan sembahyang
Yakni Allah sejati
Kau sembah Ia dengan pasti
Tidak setengah hati
10
Menatap ini dan menatap itu
Sampai pula segala sesuatu
Tak ada yang kosong olehNya
Ia meliputi dan memenuhi apa saja
Bahkan ZatNya tampak
Bagi setiap mata yang waspada
11
Lainnya tiada, kecuali yang terlihat
Apabila sudah arif makrifat
Namun jika rabun oleh segala rupa
Yang tampak itu hakiki disangkanya
Lantaran tak tahu ajaran yang benar
Bingung yang terlihat dan terdengar
12
Tak bingung kalau tahu yang sejati
Bagi yang ingin melihatnya
Sirnakan segala rupa
Yakni dinding yang menutupi batin mata
Kalau sudah tercapai ia
Itulah makrifat namanya
13
Menempuh jalan, mencari
WajahNya yang kelihatan
Demikian engkau tahu menemukan Tuhan
Demikian engkau menempuh jalan
Yang sejak sediakala disediakan
14
Kalau dipandang tiada. Ia tiada
Maka jangan ragukan tempatNya
Kalau dipandang tiada, Ia tiada selamanya
Dari awal hingga akhir
Tak ada yang mengerti
Karena itulah dicari
15
Kalau dipandang ada, Ia ada, anakku
Hendaklah engkau waspada menatapNya
Lantaran tak ada lagi selain Ia
Tinggal bagai sepi
Satu wujud Abadi
AJARAN KEPEMIMPINAN PANCASETYA
Posted in AJARAN KEPEMIMPINAN PANCASETYATidak hanya presiden, para menteri, pejabat eselon maupun bos atau manajer perusahaan saja yang disebut pemimpin. Setiap individu hakikatnya adalah pemimpin. Maka, dia perlu memegang ajaran kepemimpinan ini.
Ajaran kepemimpinan Jawa itu terdiri dari lima hal yang merupakan nilai-nilai yang paling prinsip. Kelima ajaran itu adalah:
1. SETYA BUDAYA
2. SETYA WACANA
3. SETYA SEMAYA
4. SETYA LAKSANA
5. SETYA MITRA
SETYA BUDAYA: Seorang pemimpin harus menghargai adat istiadat dan budaya masyarakat setempat. Dia harus mau untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial setempat. Pemimpin harus mengetahui hakikat budaya. Budaya adalah sebuah proses manusia untuk hidup yang lebih bijaksana, adil, selamat dan sejahtera. Proses itu tidak mengenal titik henti, sehingga pemimpin yang baik harus terus beradaptasi dan berasimilasi dengan budaya dimana dia memimpin.
SETYA WACANA: Seorang pemimpin harus mampu memegang teguh ucapannya. Bersatunya kata atau ucapan dan perbuatan nyata harus selaras. Tidak munafik dan membohongi masyarakat. Dia harus pandai berdiplomasi dan mengerti perkembangan situasi sosial, politik, ilmu pengetahuan dan wacana-wacana lain sehingga dia mampu memimpin dengan cerdas.
SETYA SEMAYA: Seorang pemimpin harus bisa melaksanakan janjinya semasa belum jadi pemimpin/kampanye. Janji adalah hutang yang harus dibayar setelah dia menjadi pemimpin. Janji memang diperlukan agar masyarakat berpikir optimis dan punya harapan untuk hidup yang lebih baik, namun janji harus dilaksanakan.
SETYA LAKSANA: Seorang pemimpin harus bertanggungjawab terhadap tugas yang diembannya. Tugas adalah kewajiban, bukan hak. Sehingga menunaikan kewajiban merupakan prinsip seorang pemimpin. Pemimpin harus bertanggungjawab kepada masyarakat, namun juga kepada Tuhan. Tanggungjawab iu tidak hanya di dunia, namun juga di akhirat maka tanggungjawabnya akan dipertanyakan. Tugas apapun yang diembankan oleh masyarakat harus dilaksanakan dengan ikhlas.
SETYA MITRA: Seorang pemimpin harus mampu membangun jaringan persahabatan dan perkawanan. Dia harus memiliki watak setia kawan yang setinggi-tingginya. Tidak boleh berkhianat kepada kawan. Tidak boleh culas dan egois. Seorang pemimpin perlu membangun sebuah kehidupan sosial yang kondusif dan membawa kemanfaatan bersama-sama. Kemanfaatan tidak boleh hanya bisa dirasakan oleh kelompok/kaumnya melainkan harus bisa dirasakan oleh semua golongan.
PENGOBATAN ALTERNATIF ALA SUNAN KALIJAGA
Posted in DOA SUNAN KALIJAGAPengobatan menggunakan kekuatan batin sudah demikian banyak dikenal di nusantara ini sejak lama. Berbagai teknik dan metode sudah dikenal di era kerajaan-kerajaan Sriwijaya, Maapahit, Mataram.
Era sekarang, kita mengenal juga banyak pengobatan alternatif modern, ditambah menggunakan ramuan herbal dan lain-lain. Ini jelas merupakan kekayaan budaya spiritual yang harus dilestarikan dan dikembangkan. Teknik dan metodenya yang beragam membantu masyarakat untuk memilih pengobatan alternatif yang sesuai dengan keinginannya.
Salah satu metode pengobatan kuno dengan pengerahan daya batin adalah sebagaimana yang diajarkan oleh Sunan Kalijaga. Yaitu menyampaikan doa pada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan keyakinan penuh bahwa doanya akan diijabahi oleh-Nya dengan diiringi sikap pasrah total dan ikhlas.
Doa yang diajarkan Sunan Kalijaga itu berbahasa Jawa. Doa yang disampaikan dengan bahasa Jawa, akan lebih meresap ke dalam hati sanubari masyarakat sehingga diharapkan sang pendoanya memahami makna dan tujuan doa tersebut.
Sebelum doa disampaikan, maka didahului oleh amalan PUASA MUTIH selama tiga atau tujuh hari. Puasa mutih yaitu puasa seperti biasa kita melaksanakan puasa Ramadhan. Namun pada saat berbuka, kita hanya memakan nasi dan air putih saja.
Tujuan puasa mutih ini adalah agar tubuh, pikiran, rasa pangrasa kita semakin manunggal untuk menggerakkan daya batin sehingga mampu untuk menggerakkan cinta kasih-Nya dan memberi ijabah pada doa yang akan disampaikan.
Setelah puasa mutih tiga atau tujuh hari dilaksanakan maka pemohon membaca doa sebagaimana berikut ini:
Ana kidung rumeksa ing wengi
Teguh hayu luputa ing lara
Luputa bilahi kabeh
Jim setan datan purun
Paneluh tan ana wani
Wiwah panggawe ala
Gunanung wong luput
Geni atemahan tirta
Maling adoh tan ana ngarah ing mami
Guna duduk pan sirna
Sakehing lara pan samya bali
Sakeh ngama pan sami miruda
Welas asih pandulune
Sakehing braja luput
Kadi kapuk tibaning wesi
Sakehing wisa tawa
Sato galak tutut
Kayu aeng lemah sangar
Songing landhak guwaning
Wong lemah miring
Myang pakiponing merak
Pangupakaning warak sakalir
Nadyan arca myang seraga asat
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat
Lan sagung pra rasul
Pinayungan ing Hyang Suksma
Ati Adam utekku
Baginda Esis Pangucapku
ya Musa Napasku
Nabi Isa linuwih
Nabi Yakub pamiyarsaningwang
Dawud suwaraku mangke
Nabi Ibrahim nyawaku
Nabi Sleman kasekten mami
Nabi Yusup rupeng wang
Edris ing rambutku
Baginda Ngali kuliting wang
Abubakar getih daging
Ngumar singgih
Balung baginda Ngusman
Sumsumingsun Patimah linuwih
Siti Aminah bayuning angga
Ayup ing ususku mangke
Nabi Nuh ing jejantung
Nabi Yunus ing otot mami
Netraku ya Muhammad
Pamuluku Rasul Pinayungan Adam Kawa
Sampun pepak sakathahe para nabi
Dadya sarira tunggal
Inilah pengobatan alternatif untuk segala penyakit menggunakan teknik berpuasa dilanjutkan dengan berdoa. Pengobatan ala Sunan Kalijaga ini tidak bertentangan dengan akidah Tauhid bahkan bila diresapi dengan penghayatan yang mendalam, akan menambah iman kita pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Kita yakin penyembuh semua penyakit adalah Dia sehingga kita sampaikan doa setulus-tulusnya padaNya agar mengijabahi permohonan kita
MENJADI GUSTI ALLAH
Posted in MENJADI GUSTI ALLAHMenuju derajat “takwa” yang hakiki perlu perjuangan yang berat. Nglakoni tahap demi tahap dengan sabar, awas, eling dan waspada agar “ngelmu” kita semakin sempurna.
Adalah sebuah keharusan bila kita ingin peningkatan kualitas spiritual kita, maka kita dianjurkan untuk mengarahkan orientasi dari “luar” menuju ke “dalam”, kemudian mengarah lagi ke “luar” dan terakhir ke “dalam” lagi. Berikut keempat tahap itu:
I.
Sebagaimana perjalanan para nabi dalam sejarah, Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad SAW dan seterusnya…atau nabi Budha. Lahir, anak-anak dan beranjak remaja dia mengamati lingkungan sekitarnya. Tarafnya adalah olah indera dan raga, latihan kepekaan dan penajaman indera mata, telinga, perabaan kulit, menyerap dan menghembuskan nafas dan mulut untuk merasakan sesuatu. Berbagai pengalaman luar dirasakan oleh indera. Mata melihat bagaimana perjalanan kehidupan manusia: Lahir, remaja, dewasa, sakit, tua, mati…. Ini adalah tahap pemusatan ke luar… ke benda-benda / obyek-obyek khusus SAMANTA BHAVANA.
II.
Tahap selanjutnya, mengarahkan pemusatan perhatian atau orientasi hidup ke “dalam”. Mulailah kita merenungkan hubungan sebab akibat, kenapa ada orang hidup..kenapa ada orang mati.. kenapa manusia dihidupkan, apa hakikat hidup… Apa penyebab semua yang hidup? Bila ada Sang Pencipta, kenapa dia menciptakan kita? …. Konsentrasi diarahkan ke pergerakan akal yang diliputi oleh batin/rasa pangrasa. Akal menemukan hakikat, rasa melanjutkan dengan penghayatan. Tuhan ditemukan melalui logika, dilanjutkan dengan mengakui dan mengimani keberadaannya. Terjadi evolusi pada setiap fase.
Ruhani manusia terus bermetamorfosis; dari orientasi jasad fisik, kemudian beralih konsentrasi ke batin. Dia mengolah batinnya, kejadian demi kejadian yang dialami dalam pengalaman nyata berhasil diambil kesimpulan bahwa SEMUA YANG ADA INI ADA HIKMAHNYA. Hikmah apa? Hikmah untuk memaknai perjalanan hidup ini dengan benar, lurus dan terbukanya pintu kebenaran. Shiratal mustaqim yakni jalan yang lurus. Jalan apa? Jalan kehendak, akal, nafsu menuju iradat Gusti. Jalan yang mengarah lurus itulah yang benar. Tanda-tanda orang yang sudah mencapai tahap benar ini adalah terbuka terhadap semua pandangan yang berbeda. Mampu meresapi semua keyakinan yang dianggap benar oleh setiap orang, dan kemudian mampu mengambil sari kebenaran tersebut. Dia telah mendapatkan PANDANGAN TERANG… VIPASSANA BHAVANA.
Inilah tahap IQRA sang Muhammad SAW, atau saat nabi Budha mendapatkan Pencerahan di bawah Pohon Bodhi. Mereka ditemui Ruhul Quddus, Malaikat Jibril. Gerak batin kita padu, serasi dan selaras dengan gerak batin-Nya. Mampu membaca keinginan Tuhan dalam hidupnya setiap hari. Batin kita tidak hanya mengingat-Nya dalam setiap tarikan/hembusan nafas dan detak nadi. Namun juga batin kita berkomunikasi intensif berbicara, berbincang-bincang, berdiskusi dengan batin-Nya. Seperti orang berkasih-kasihan. Keduanya saling menakar, mempertimbangkan dan menilai masing-masing.
III.
Tahap selanjutnya perjalanan spiritual yang lebih tinggi lagi adalah meditasi ke semua titik. Mengarahkan konsentrasi indera, batin dalam perbuatan nyata. Tapa ngrame. Beramal sosial. Menyempurnakan penciptaan Tuhan. Memayu hayuning bawono untuk Memayu Hayuningrat. Pada tahap ini, semua sudah terang benderang di depan semua inderanya, di dalam batinnya. Ibadah sosial ini dilakukan tanpa pamrih apa-apa, kecuali netepi titahing Gusti. Apa saja titah gusti pada kawolo/hamba akan dilaksanakan tanpa malas. Bila tidak dilaksanakan, dia akan terkena hukuman. Pengajaran Tuhan disampaikan secara langsung tanpa utusan gaib lagi. Ini tahap saat Nabi berjuang untuk memberi kabar Tuhan, berdakwah terang-terangan ke segenap sedulur papat/semua arah penjuru bumi. Menyebarkan kasih sayang-Nya. Tuhan mewartakan apa saja, sang hamba berkewajiban melanjutkan sabda-Nya.
Dia sudah berderajat para nabi dengan pencapaian ruhani yang sangat tinggi. Namun dia sadar tetap manusia biasa yang masih punya jasad. Kesadaran bahwa kita tetap manusia harus dimiliki. Syariat agama tidak boleh ditinggalkan. Semua nabi telah mencapai derajat ketiga ini. Dia sudah ada di langit ketujuh, langit diri pribadi tertinggi…
IV.
Tahap selanjutnya meditasi adalah mengarahkan diri ke “dalam” lagi. Manusia sudah tinggal aku sejati/ruhnya saja. Ngracut, mencair dan menguap bersama Gusti. Ia sudah mukso. Menjadi cahaya bersama-Nya. Hidupnya abadi. Tidak mengenal kematian. Kematian sudah bisa ditentukan kapan dan dimana. Manusia bisa melihat apa yang akan terjadi. Rentangan kejadian yang ada di alam semesta dilihatnya dengan diam. Semua gerakan batin yang menggelora ada di kekuasaannya. Sang diri pribadi mampu membaca buku “agenda” yang dibuat bersama antara ruh kawulo dengan Gustinya lagi.
Bila selama ini dia hanya bisa meraba-raba, sekarang dia sudah dengan sangat gamblang membaca agenda tersebut. Komunikasi dengan Gusti sudah tidak ada. Kenapa? Bukankah komunikasi butuh dua kehendak yang berbeda? Sementara di tahap akhir ini, dua kehendak itu sudah menjadi satu kehendak saja. Pada tahap ini, Kawulo sudah manunggal/jumbuh dengan Gustinya. Manunggal apanya? Semuanya. Ya iradatnya, ya sifat-sifat-Nya, ya asma-Nya, ya af’Alnya/perbuatannya.
Dia adalah Sumber dari Segala Sumber Cahaya Kebenaran itu sendiri. Apapun yang diinginkannya, adalah Kun Fayakun. Dia mengalami suwung… fana…..dalam kesatuan-Nya…. inilah hakikat takwa: yaitu “benar-benar” menjadi Gusti Allah… Ini hanya dicapai oleh pribadi yang telah tersinari oleh Nur Muhammad, diri pribadi yang memancarkan nilai-nilai terpuji. Sudah tidak ada langit lagi yang harus didaki, bahkan langit dan bumi sudah manunggal dalam satu titik lagi.
MAKRIFAT SUNAN KALIJAGA
Posted in MAKRIFAT SUNAN KALIJAGAJeng Sunan Kalijaga ngling
Amdehar ing pangawikan
Den waspada ing mangkene
Sampun nganggo kumalamat
Den awas ing pangeran
Kadya paran awasipun
Pangeran pan ora rupa
Nora arah nora warni
Tan ana ing wujudira
Tanpa mangsa tanpa enggon
Sajatine nora nana
Lamun ora anaa
Dadi jagadipun suwung
Nora nana wujudira
(Sunan Kalijaga berkata, memaparkan pengetahuannya.
Hendaknya waspada pada yang berikut ini.
Janganlah ragu-ragu. Lihatlah Tuhan secara jelas.
Tapi, bagaimana melihat-Nya.
Karena Tuhan itu tidak memiliki rupa.
Tuhan tidak berarah dan tidak berwarna.
Tidak ada wujud-Nya. Tidak terikat oleh waktu dan tempat.
Sebenarnya Ada-Nya itu tiada.
Seandainya Dia tidak ada,
maka alam raya ini kosong dan tidak ada wujudnya.)
–Serat Siti Jenar, Tan Khoen Swie Kediri 1922
Pendakian spiritual itu mulai dari mana? Mulai dari syariat dulu, kemudian menuju tarikat, hakikat dan akhirnya sampai pada makrifat? Atau Makrifat (mengenal Tuhan) dulu, kemudian penghayatan hakikat, kemudian menjalankan tarikat dan melaksanakan syariat? Menurut saya, pendakian spiritual bisa dari mana-mana. Kita tidak perlu kebingungan terhadap mana yang harus terlebih dulu kita jalani. Semuanya boleh sebagai titik pijak untuk memulai perjalanan.
Ada banyak teman yang memulai perjalanan spiritual dengan “tidak percaya” terhadap adanya Tuhan. Lalu belajar tentang ilmu ketuhanan, dan setelah kedewasaan intelektualnya mengalami kemapanan dan kemudian dia yakin adanya Tuhan dan kemudian menjalankan syariat. Yang demikian ini hebat.
Ada yang memulai dengan menjalankan syariat agama. Sebab dari kecil dia berada di dalam lingkungan yang taat beragama. Oleh orang tuanya, dia dididik untuk menjalankan syariat agama secara leterluks. Kemudian seiring perjalanan usianya, dia mulai mencari tahu dengan banyak belajar tentang agama, yang telah dijalaninya selama ini. Himngga kemudian pengetahuan dan perenungannya sampai pada hakikat. Kemudian dia menjalani laku suluk/tasawuf dan akhirnya mendapatkan pencerahan Makrifat. Yang demikian ini luar biasa.
Ada pula yang tidak mulai apa-apa. Ya tidak menjalankan syariat agama, ya tidak berusaha mencari tahu tentang Tuhan. Dia skeptis dan agnostik terhadap berbagai wacara agama serta kerokhanian. Dia seakan puas dengan apa yang ada pada dirinya. Otaknya tidak digunakan untuk berpikir tentang Tuhan. Namun, di tengah hidupnya dia dipaksa untuk menerima banyak hal yang tidak mauk akal hingga suatu ketika kesadarannya mengalami “BYAR”. Tiba-tiba dia sadar apa yang telah dijalaninya selama ini. Dia pun menemukan Tuhan di dalam hidupnya. Sukur alhamdulillah.
Suatu saat dalam hidupnya, Tuhan pasti akan datang membawa cahaya-Nya yang suci. Dia akan menerangi diri pribadi kita sehingga yang sebelumnya hanya mampu melihat fakta-fakta dengan inderanya, maka setelah pencerahan Tuhan itu datang maka dia mampu untuk melihat hubungan antar fakta dan akhirnya menemukan kesimpulan bahwa hanya ada satu Tuhan yang wajib disembah oleh manusia.
Tuhan itu bukan benda-benda. Tuhan ya Tuhan. Adanya berbeda dengan apa yang pernah diketahui oleh manusia. Yang pernah diketahui oleh manusia berasal dari pengalaman inderanya. Nah, wujud Tuhan ini tidak ada di dalam gudang memori manusia. Sehingga mengatakan Tuhan seperti A, B, C pasti jelas bukan Tuhan. Tuhan sebagaimana yang dibayangkan oleh manusia, tentu berbeda dengan Tuhan sebagaimana wujud-Nya yang asli. Anggapan tentang Tuhan beda dengan Tuhan yang sebenarnya. Sama seperti anggapan saya tentang mobil Mercy, tidak sama dengan mobil Mercy yang sebenarnya. Sebab saya buta tentang mobil, apalagi tidak pernah memiliki mercy sebelumnya sehingga penggambaran saya tentang Mercy berbeda dengan Mercy yang sebenarnya.
Dikatakan oleh Sunan Kalijaga, sebenarnya wujud Tuhan sangat jelas… sangat sangat jelas! Nah, kejelasan ini pasti tidak dimaknai sebagaimana kejelasan benda-benda. Benda bisa dilihat oleh indera. Namun wujud Tuhan? Disinilah kita akan semakin beranjak arif bahwa Tuhan yang tidak bisa digambarkan oleh kata-kata manusia itu harusnya tidak dilihat dengan indera. Namun oleh “sesuatu” yang adanya jauh berada di dalam diri manusia. Yaitu batin yang intuitif yang disebut dengan guru sejati. Guru sejatilah yang mampu mengantarkan kita untuk melihat dengan jelas diri pribadi. (sukma sejati) Diri sejati adalah tempat bersemayam Tuhan dalam diri manusia. Di situlah Tuhan duduk di atas arasy.
Sukma sejati atau Diri Sejati berasal dari Cahaya Yang Terpuji yaitu dari NUR MUHAMMAD. Nur Muhammad hanya ada SATU. Dan NUR MUHAMMAD inlah yang selalu mendapatkan PANCARAN ILAHI. Semua yang ada ini pada mulanya satu, termasuk manusia. Asal cahaya itu satu. Pancarannya ke segenap arah inilah yang menyebabkan terjadinya “aku” yang jumlahnya banyak. Meski sekarang kita melihat YANG BANYAK namun itu semua adalah perwujudan dari satu CAHAYA.
Melatih kepekaan batin yang intuitif oleh karenanya sangat penting. Berbagai macam cara dilakukan oleh peradaban manusia untuk menemukan Tuhan di dalam diri manusia. Misalnya dengan berkhalwat, atau mengadakan perjalanan spiritual ke tempat-tempat yang sepi untuk kemudian berdzikir hingga dia merasakan kefanaan.
Dalam kesendiriannya, sang pejalan spiritual akan menemui banyak ilusi/bayangan yang mempesona batin. Namun dia tidak boleh menggap bayangan itulah kenyataan Tuhan. Perjalanan diteruskan hingga pendakian memasuki godaan besar. Dia ditawari berbagai macam kemuliaan dunia. Egonya yang masih melekat pada harta, benda, tahta dan wanita ditantang agar dituruti namun dengan imbalan dia harus menghentikan perjalanannya. Ini tahap berbahaya menuju final.
Bila perjalanan diteruskan lagi, dia akan sampai pada kesendirian dan kesenyapan, Tiba-tiba semua yang nggandoli egonya terlepas begitu saja. Dia tidak butuh apa-apa lagi. Di tahap ini, semua pendamping perjalanan yang selama ini menemaninya satu persatu otomatis terlepas. Pengiring batin terlepas, Malaikat lepas karena tidak sanggup menemani lagi, semua saudara gaib melepaskan dirinya. Ya, dia polos seorang diri menuju Tuhan. Dia kini sudah dituntun oleh Tuhan sendiri untuk melihat Sang Penuntun, yaitu AKU. Ya, manusia sudah bisa melihat AKU SEJATI-NYA tanpa was-was tanpa samar-samar lagi. AKU SEJATI itu begitu terang benderang.
Inilah saat mind/pikiran/budi/rasa sudah tidak lagi digunakan. Atau disebut dengan NO MIND. Dia sampai tahap SUWUNG atau FANA. Kata tidak lagi mampu untuk membahasakan apa fana itu. Sebab kata sangatlah terbatas untuk menggambarkan sesuatu. Apalagi ini menunjuk pada kata yang bukan kata benda, bukan kata sifat, bukan kata keterangan, bukan kata kerja, bukan apa-apa…. ya paling gampang kita sebut saja SUWUNG alias MBUH ORA WERUH. Sebab kita tidak membutuhkan berbagai alat indera dan batin lagi. Kita hanya pasrah, sumeleh, sumarah saja pada Iradat GUSTI. **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar